Tahu Kuning Kediri, Atau sering juga disebut Tahu Takwa, merupakan produk unggulan Kediri, Jawa Timur. Makanan yang unik berwarna kuning ini sangat digemari masyarakat Kediri dan sekitarnya. Rasa yang khas, kenyal, bentuk yang unik, berbeda dengan tahu-tahu yang ada di pasaran sekarang ini. Diprediksi mulai diproduksi sekitar tahun 1920-an dan booming pada awal tahun 1950-an. Menjadi oleh-oleh khas Kediri, kota kecil di kaki Gunung Kelud, Jawa Timur.

Pelopor dan Legenda Pabrik Tahu Takwa Kediri
Pelopor industri tahu Kediri adalah Lauw Soe Hoek atau hingga kini lebih dikenal sebagai Bah Kacung. Ia mulai merintis usaha tahu sejak 1912. Saat ini usahanya telah diteruskan oleh cucunya Herman Budiono setelah putranya Yosef Seger Budisantoso (Lauw Sing Hian) meninggal bulan Mei 2008 lalu.
Sejak dahulu sejak pagi buta toko Bah Kacung telah melakukan aktivitasnya. Toko ini telah buka untuk melayani pembelinya sejak jam 6 pagi hingga jam 8 malam. Sebagai penerus generasi ke-3 Herman tetap berusaha menjaga tradisi yang telah ditetapkan oleh kakeknya itu.
Salah satu cara untuk menjaga “citra” tahu Bah Kacung adalah masih tetap mempertahankan cara tradisional dalam membuat tahu Bah Kacung. Peralatannya masih dibuat dari kayu dan batu, serta dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Bahkan, pembakarannya masih menggunakan kayu. “Dengan menggunakan gilingan ini rasa tahu lebih gurih karena bubur kedelai tidak lumat terlalu halus seperti hasil jika digiling dengan mesin. Bahkan ampas tahunya masih terasa gurih.” Jelas Herman.
Sementara itu, industri tahu Kediri lain sudah lebih maju. Mereka berproduksi dengan peralatan dan kemasan moderen berbahan pengawet, sehingga bisa mengirim tahu ke luar Kediri. Tak heran jika kapasitas produksi Bah Kacung pun terbatas. Malah, sampai sekarang mereka tidak membuka cabang atau menitipkan tahunya ke agen manapun.
Hingga saat ini meski Bah Kacung telah meninggal tahun 1963, namun tahu Bah Kacung masih bisa kita nikmati dan membeli di tokonya yang terletak di Jalan Trunojoyo pecinan kota lama Kediri. Tahu produksi Bah Kacung memang telah menjadi legenda Kediri.

Proses pembuatan
Kedelai direndam dulu selama enam jam. Setelah kulit arinya dapat terlepas, kemudian digiling menjadi adonan bubur halus. Kedelai yang digiling akan berubah menjadi bubur encer kedelai putih.
Selanjutnya, bubur encer putih ini dimasak usahakan Apinya tidak boleh terlalu besar dan juga tidak boleh mati. Jadi, seluruh bagian cairan kedelai bisa matang dengan sempurna.
Lalu setelah matang disaring dengan kain hingga terpisah dengan ampasnya (ampas ini biasanya ada yang membeli untuk diolah menjadi tempe menjes).
Cairan ini harus diaduk perlahan dengan takaran tertentu dicampuri cuka. Setelah menggumpal, barulah adonan lumat ini dituang dalam cetakan. Usai diratakan dan ditekan supaya padat, gumpalan tadi dipres dengan alat dari kayu. Supaya tahunya sama sekali tidak berair, alat pres tadi diberi empat gandulan besi. Masing-masing beratnya 20 kg. Setelah dipres dengan besi selama seperempat jam, tahu dipotong dan siap dijual.
Sampai disini proses pembuatan tahu sudah selesai, dan disinilah bedanya antara tahu biasa dengan tahu takwa atau tahu kuning Kediri, untuk pembuata tahu takwa harus melewati satu proses lagi yaitu Tahu putih tadi harus dimasak dalam campuran air dan tumbukan kunyit, serta sedikit garam. Itu sebabnya, rasa takwa gurih dan sedikit asin. Warnanya juga kuning dan baunya lebih harum ketimbang tahu biasa. Tahu takwa juga enak dimakan begitu saja, tanpa dimasak terlebih dulu.


Read Users' Comments (0)

tahu sumedang



Bermula dari kreativitas yang dimiliki oleh istri Ongkino, yang memang semenjak awal sebagai orang yang pertama kali memiliki ide untuk memproduksi Tou Fu (dari bahasa Tionghoa, Hokkian "tau hu", yang berarti sama) yang lambat laun menjadi berubah nama menjadi "Tahu".Tahun demi tahun, Ongkino beserta istri tercinta terus menggeluti usaha mereka hingga sekitar tahun 1917 anak tunggal mereka Ong Bung Keng menyusul kedua orang tuanya ke tanah Sumedang. Bung Keng kemudian melanjutkan usaha kedua orang tuanya yang sampai keduanya memilih kembali ke tanah kelahiran mereka di Hokkian, Republik Rakyat Cina.Melalui alih generasi Ong Bung Keng, anak tunggal Ongkino, terus melanjutkan usaha yang diwariskan dari kedua orang tuanya hingga akhir hayatnya di usia 92 tahun. Di balik kemasyhuran tahu Sumedang ada pula kisah yang berbau mistik, seperti apa yang diceritakan cucu dari Ongkino, Suryadi. Sekitar tahun 1928, konon suatu hari tempat usaha sang kakek buyutnya, Ong Bung Keng, didatangi oleh Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Atmadja yang kebetulan tengah melintas dengan menggunakan dokar dalam perjalanan menuju Situraja.Kebetulan, sang Pangeran melihat seorang kakek sedang menggoreng sesuatu. Pangeran Soeria Atmadja langsung turun begitu melihat bentuk makanan yang amat unik serta baunya yang harum. Sang bupati, Pangeran Soeria Atmadja kemudian bertanya kepada sang kakek, "Maneh keur ngagoreng naon? (Kamu sedang menggoreng apa?)". Sang kakek berusaha menjawab sebisanya dan menjelaskan bahwa makanan yang ia goreng berasal dari Tou Fu China. Karena penasaran, sang bupati langsung mencoba satu. Setelah mencicipi sesaat, bupati secara spontan berkata "Enak benar masakan ini! Coba kalau kamu jual, pasti laris!", dengan wajah puas.Tak lama setelah kejadian ini, Tahu Sumedang digemari oleh penduduk Sumedang dan kemudian sampai ke seluruh Indonesia


Read Users' Comments (0)

cireng bandung



Cireng (singkatan dari aci goreng, bahasa Sunda untuk 'tepung kanji goreng') adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Sunda yang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji. Makanan ringan ini sangat populer di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng. Sekarang Cireng tidak hanya terdapat di Priangan saja, tetapi sudah menyebar ke hampir seluruh penjuru Nusantara. Cireng pada umumnya dijual oleh pedagang yang menaiki sepeda dengan peralatan membuat Cireng di bagian belakang sepedanya.

Read Users' Comments (0)

tempe menjes




Menjes merupakan makanan berbahan dasar tempe yang terbuat dari sisa - sisa/ampas tahu. Orang jawa biasa menyebut menjes ini dengan "Tempe Gembos". Salah satu tempat asal makanan ini adalah di Jawa Timur, dan makanan ini adalah salah satu makanan camilan favorit karena rasanya yang enak dan harganya yang lumayan murah, juga bisa menyembuhkan kanker, diabetes, vertigo dan lain lain.Tempe menjes bisa digunakan sebagai lauk atau sebagai camilan. Menjes dapat disajikan dalam keadaan panas atau hangat. Tempe Menjes biasanya digoreng dengan tepung sampai kering.



Read Users' Comments (0)

vidioku